Tuesday, September 6, 2011

FW: batagak datuak/pangulu dinagari sianok VI suku kecamatan IV koto kabupaten agam-sumbar

-original message-
Subject: batagak datuak/pangulu dinagari sianok VI suku kecamatan IV koto kabupaten agam-sumbar
From: atos.tanjung@gmail.com
Date: 05/09/2011 07:27

Pelantikan pemangku adat atau lebih dikenal dengan nama datuak/pangulu dinagari sianok VI suku kecamatan IV kabupaten agam-sumatra barat yang dilaksanaka secara masal pada tanggal 3 september 2011 dibalai adat yang disebut GADUANG BICARO,pelantikan dan pengambilan sumpah oleh ketua KAN(kerapatan adat nagari) A.datuak bungsu yang dihadiri seluruh kaum disetiap pasukuan yang ada dinagari sianok,acara ini juga bertepatan dengan PULANG BASAMO perantau sianok dari seluruh indonesia.
Nama suku dan datuak yang dilantik:
1.

Monday, September 5, 2011

SEJARAH SIANOK

Post: #1 Sejarah Nagari Sianok VI Suku Dan Susunan Adat
Sejarah Nagari Sianok VI Suku Dan Susunan Adat
1. Dari mana/ Siapa diperdapat keterangan-keterangan untuk menyusun sejarah ini ?
Keterangan-keterangan ini, saja perdapat dari beberapa orang ninik mamak yang pernah menjadiKepala Negeri Sianok, antaranya Almarhum Datuak Panduko Radjo dan Datuak Panghulu Basa serta dikuatkan oleh sebagian ninik mamak yang lain yang semuanya sekarang masih hidup.
2. Watas-Watas Pemerintahan dari Kewalian NagariSianok Anam Suku :
Watas Nagari ini sesuai dengan keadaan tanggal proklamasi 17 Agustus 1945, sesuai pula dengan ketentuan IGOB semasa Pemerintahan Hindia Belanda, yaitu :
Sebelah Timur Utara dengan kota Bukit Tinggi, yang diceraikan oleh sebuah lembah yang bernamaNgarai Sianok.
Sebelah Selatan dengan Kewalian Nagari Koto Gadang.
Sebelah Barat dengan Kewalian Nagari Koto Panjang(sungaiu Jaring dan Kampung Pisang) serta Matur Hilir.
3. Terdiri dari beberapa kampung, Nagari Sianok VI Suku sekarang ?
Sama dengan dahulu (zaman terjajah), Sianok Anam Suku terdiri dari 2 (dua) kampung besar dan 2 (dua) kampung kecil. Yang menjadi kampung-kampung besar adalah Sianok dan Jambak, sementara yang dimaksud kampung-kampung kecil adalah Lambah dan Pahambek.
4. Bagaimana asal usul nama Sianok VI Suku ?
Sianok VI Suku, berarti Sianok Raja nama ini dipakai dan dipopulerkan dengan ketetapan Rapat Besar Rakyat di Lambah pada tahun 1948, diadakan oleh Komite Nasional Indonesia Daerah Sumatera Barat, dihadiri oleh saudara Marzuki Jatim sebagai Wakil Ketua KNI Sumatera Barat dan Tan Tuah Bagindo Batu, bersama beberapa orang anggota KNI dan pejabat-pejabat Pemerintah lainnya. Nama ini dimaksudkan untuk membedakan Sianok VI Suku sebagai Kewalian dan Sianok sebagai Jorong, karenadahulu untuk keseluruhan disebut Sianok saja.
5. Bagaimana sejarah Nagari ini ?
Perlu dijelaskan lebih dahulu, maka Sianok Anam Suku dinamakan demikian, karena jumlah suku yang terpakai disini adalah Enam banyaknya. Yaitu Tanjung, Singkuan, Jambak, Caniago, Sikumbang dan Guci. Dan perlu pula dijelaskan bahwa seluruh penduduk asli dari Sianok Anam Suku, baik yang tinggal di Lambah dan di Pahambek, asalnya dari Sianok. Karena ini tidak ada salahnya bila untuk keseluruhan Kewalian ini dahulu dinamakan Sianok saja.
Bekas yang dirasakan sampai sekarang adalah bahwa warga nagari ini yang sekalipun sudah turuntemurun tinggal di Jambak dan Pahambek, masih saja menyebut pulang bila menghadap ke Sianok. Menurut sejarah nama Sianok berasal dari "Si" dan"Anok" nama orang yang dahulunya adalah seorang yang gagah berani dan arif bijaksana.Tapi itu tidaklah berarti bahwa Si Anok ini orang pertama kali mendiami nagari ini. Siapa sebenarnya orang yang mula-mula membuka nagari ini, tidaklah jelas sejarahnya.
Karena Sianok tempat pertama kali didiami dan di Sianok pula mula-mula terlahirnya masyarakat yang teratur, maka Sianok menjadi Koto, Ibu nagariKewalian ini. Oleh karena itu pula disini ditempatkan dan ditemui bekas-bekasnya sampai sekarang."Gaduang Bicaro" tempat ninik mamak dan orang 4 jenis lainnya bermufakat. Dinagari lain tempat ini dinamai "Balai Adat" tapi di Sianok ada lain sedikit. Gaduang Bicaro menurut riwayatnya yang syah, bukan tempat bermusyawarah ninik mamak dan orang-orang 4 jenis AnamSuku, tapi adalah juga menjadi gedung permufakatan besar dari ninik mamak dan pemuka-pemuka nagari di IV Koto (Di Agam Tuo kata setengah Riwayat).
Oleh karena mata penghidupan rakyat di zaman itu,hanyalah bertani makanya rakyatnya selalu berusaha mendapatkan tanah-tanah baru untuk memperluas perkebunan lama. Demikianlah asal mulanya perluasan daerah Sianok. Hutan rimba belukar dibakar dan dilateh disana diadakan pondok-pondok orang ladang yang kemudian sesuai pondok itu kemduian menjadi kampung-kampung pada waktu ini bernama Lambah, Jambak dan Pahambek. Juga termasuk Sungai Jaring yang walaupun kemudian masuk kanagarianKoto Panjang. tapi zaman dahulu adalah daerah Sianok juga.
Akan asal dari nama-nama kampung yang lain itu adalah sebagai berikut :
LAMBAH, berarti "lembah" karena tempanya rendah disini mengalir sebuah anak sungai sepanjang Ngarai.
JAMBAK, berasal dari nama dari sebuah suku yang enam, suku dari orang-orang yang mula-mula membuka tanah perladangan disana.
PAHAMBEK berari "penghembat" (sama dengan Pahambatan di Balingka), penghembat atau tempat pertanahan nagari Sianok terhadap keluar. (Oleh karena dahulu kala, akibat perebutan perluasan daerah suatu nagari sering berkelahi dengan nagari lain) di Lambah, jalan ke Pahambek sampai sekarang masih terdapat setumpak kelompokan rumah-rumah yang dinamai"Paparangan" artinya tempat berperang orang-orang dahulu itu. Akan bukti bahwa anak nagari yang aslinya dari Sianok Anam Suku berasal dari Sianok, adalah banyak. Antaranya pembagian tanah-tanah yang kedapatan sekarang. Sebagian besar dari tanah rimba dan ladang yang ada di Jambak dan Lambah, masih dipunyai oleh penduduk nagari yang masih tinggal di Sianok. Begitupun tidak kurang-kurang pula, tanah rimba dan ladang di Sianok, yang masih dimiliki oleh penduduk nagari yang tinggal di Jambak dan Lambah.
6. Adakah disini balai-balai adat ?
Ada sampai sekarang sebagai sudah diterangkan diatas ini. Untuk kejelasannya patut juga disini ditambahkan siapa-siapa dan bagaimana caranya dahulu bersidang ditempat ini. Yang dimaksud dengan memberikan keterangan ini (walaupun agaknya tidak tepat dengan masalah no. 6 ini) ialah segala yang ada sangkut pautnya dengan Gaduang Bicaro. Yang mempunyai hak bersidang di Gaduang Bicaro ini, tentulah ninik mamak panghulu gadang basa batuah, ditambah dengan alim ulama dan cerdik pandai yang hadirnya lebih dahulu mendapat persetujuan karapan ninik mamak itu. Hanya Imam-Chatib ada sajalah yang diakui sederajat dengan ninik mamak. Tegak sama tinggi, duduk sama rendah. Gaduang Bicaro dipergunakan untuk bermusyarawat oleh pemuda-pemuda cerdik pandai, tetapi kerapatan mereka tidak mempunyai hak menentukan menurut sepanjang adat. Kecuali bila keputusan mereka itu dibenarkan dan disahkan oleh kerapatan adat. Kecuali dalam keadaan darutat benar, maka tidaklah boleh dan tidaklah akan menerima hak hukum segala keputusan, yang diperkatakan di luar Gaduang Bicaro. Kecuali kerapatan-kerapatan yang merupakan pelaksanaansaja dari adat yang lazim, seperti rapat batagak (MENGANGKAT) panghulu baru, yang diadakan dirumah calon panghulu itu atau dihalaman rumahdari seorang panghulu dari seorang panghulu yangbaru meninggal dunia, sebelum jenazah dikuburkan dicarilah disana yang bakal gantinya. Di Gaduang Bicaro disusun pemerintahan nagari. Di Gaduang inilah diangkat dan diperhentikan sagala panghulu dan imam chatib adat. Hanya di Gaduang Bicaro jugalah segala putusan baru bersifat"ganting mamutus, biang , manabuk" sepanjang hukum adat.
7. Masuk Persekutuan ( ADAT FEDERASI ) mana Nagari ini dahulu ?
Sianok (Sianok Anam Suku) dahulu dan sampai sekarangpun termasuk dalam persekutuan nagari-nagari Ampek (ditulis : IV) Koto. Hanya daerah IV Koto inilah yang kemudiannya bertambah luas. Dizaman dahulu yang dikatakan IV Koto, terdiri dari Empat Nagari. Mashur dengan susunan kata : Sianok Koto Gadang, Guguk Tabek Sarojo. Pada masa kemudiannya Tabek Sarojo disatukan dengan Guguk, yang pada waktu ini disebut Nagari Guguk Tabek Sarojo. Kemudian kedalam federasi inidimaksudkan pulalah nagari-nagari Koto Tuo, Balingka (dahulunya dua nagari Pahambatan dan Koto Hilalang)., Koto Panjang (dahulunya juga dua nagari : Kampung Pisang dan Kampung Jaring), Sungai Landir nagari Malalak yang kemudian bernama Kelarasan IV Koto dan yang sekarang dinamakan Kecamatan IV Koto. Laras (Kepala Larasan) yang terakhir adalah Datuak Kayo, panghulu nagari Koto Gadang, yang juga menjadi Ketua Federasi ini. Sejak masa Kelarasan inilah baru permufakatan-permufakatan bersifat IV Koto, boleh diadakan di nagari-nagari yang lain dari Sianok, selama yang akan dibicarakan itu berhubungan langsung dengan nagari itu sendiri. Tapi tidak boleh sekali-sekali rapat diteruskan, bila kerapatan-kerapatan itu tidak dihadiri oleh salah satu seorang ninik mamak (panghulu) dari Sianok Anam Suku. Dalam hal ini disebutkan dalam kata adat Sianok Kunci, Koto Gadang Peti. Hanya rapat-rapat nagari yang tidak bersifat IV Koto sajalah boleh diadakan disesuatu nagari dengan tidak usahmenunggu hadirnya ninik mamak dari Sianok. Ataupun Tuangku Laras yang menjadi Ketua Federasi (persekutuan) IV Koto.
( Narasumber : Beberapa Datuak Panghulu Sianok VI Suku terdahulu.)
Sumber artikel :

Saturday, September 3, 2011

foto prosesi pemotongan kerbau untuk batagak datuak/pangulu

Jum'at 2 september 2011 pemotongan karbau dalam penggangkatan datuak/pangulu dinagari sianok 6 suku kecamatan 4 koto kabupaten agam.

acara siraturahmi masyarakat sianok

Acara halalbihallal masyarakat sianok dihadiri oleh bapak bupati agam bapak indra catri hari jum'at 2 september 2011

Friday, August 12, 2011

falsafah pakaian pangulu

Falsafah Pakaian Pangulu
Dalam Pantun Adaik Saluak : Takanak saluak palangai Bayangan isi dalam kulik Panjang ndak dapek
kito ukua
--Nan sipaik baliau cadiak pandai
-- Walau batenggang di nan rumik
-- Bapantang langkah ka talanjua Leba ndak dapek kito bidai Tiok karuik aka manjala Tiok katuak budi
marangkak
--Jadi pangulu kok lai pandai
-- Pandai bacupak di nan data
-- Indak namuah bakisa tagak Dalam lilik baundang-undang Salilik lingkaran kaniang Ikek santuang
dikapalo
--Kalau nyo langkah nan lah sumbang
-- Tando nyo paham lah bapaliang
-- Dunia akiraik kabinaso Tampuak dek paham tiok lipek Lebanyo pandindiang kampuang Panjang pandukuang anak
kamanakan
--Suko pangasiah ka nan ketek
-- Batu ketek acok manaruang
-- Ukua lah langkah ka bajalan Hamparan rumah nan gadang Paraok gonjoang nan ampek Payuang panji
marawa basa
--Kok tumbuah bana basilang
--Kok datang sudi jo siasek
-- Indak bakisa
di nan bana Tampek bataduah kahujanan Tampek balinduang kapanasan Iyo
dek anak kamanakan
--Tibo dimato indak bapiciangan
-- Tibo diparuik indak bakampihan
--Nan bana samo ditagak-an Nan sapayuang sapatagak Dibawah payuang dilingkuang cupak Manjala
masuak nagari
--Tapijak dibaro hitam tapak
-- Tapijak didarah sirah tapak
-- Warih nan samo dironggohi Kapa-i tampek batanyo Kapulang bakeh babarito Kusuik nan
kamanyalasai
--Walau ba-a coba an tibo
-- Baiman taguah didado
-- Bapantang kusuik ndak salasai Karuah nan kamanjaniahi Hukum adia katonyo bana Sapakaik warih
mandiri-an
--Nak aman koto jo nagari
-- Lahia jo batin jan batuka
-- Indak manampuah rusuak jalan Baju :
Babaju hitam gadang langan Langan tasenseang ndak pambangih Pa apuih
miang dalam kampuang
--Kalau mambimbiang kamanakan
--Mamahek jan dilua garih
--Nak jan bacacek dalam kampuang Pangipeh hangek nak nyo dingin Siba batanti baliak balah Baturap jo
banang makau
--Indak bakucak lahia batin
--Kok tasuo gadang baralah
-- Ukua jo jangko ndak talampau Basuji jo banang ameh Panutuik jahik pangka langan Tando mambuhua
ndak mambuku
--Pangulu kok lai tangkeh
--Tantu santoso kamanakan
-- Nagari nan indak dapek malu Langan balilik suok kida Basisiak makau ka amasan Gadang basalo jo
nan ketek
--Pangulu paham kok caia
--Uleh jo buhua kok mangasan
-- Bak kayu lungga pangabek Tando rang gadang bapangiriang Tagak ba apuang jo aturan Ba ukua
jangko jo jangkau
--Tagak pangulu kok bapaliang
--Unjuak kok indak babarian
--Pantangan adaik Minangkabau Unjuak ba agak ba inggoan Lihia nyo lapeh ndak bakatuak Babalah sahinggo dado
--Indak namuah bapangku tangan
-- Walau kurang dapek ditukuak
--Taserak dikampuangan nyo Rang gadang alam nyo leba Rang cadiak padang nyo lapang Indak
karuah aia dek ikan
--Indak bakisa di nan bana
--Walau ba a coba an datang
-- Bapantang guyah sandi iman Indak rusak gunuang dek kabuik Paik manih pandai malulua
--Jan takuik ma elo suruik
--Kalau nyo langkah lah talanjua Tagang nyo bajelo-jelo Kanduanyo badantiang-dantiang Hati lapang paham saleso Pasiah lidah pandai
barundiang
Sarawa :
Sarawa hitam gadang kaki Kapanuruik labuah nan luruih
Panampuah jalan nan pasa
--Nan sipaik pangulu di nagari
--Malu kok indak katahapuih
--Tando nyo budi lah tajua Kadalam koroang jo kampuang Sampai ka koto jo nagari Langkah
salangkah baliak suruik
--Tagak pangulu kok nyo tangguang
--Tando bamain aka budi
--Bak gunuang dilampok kabuik Pado pai suruik nan labiah Langkah salasai baukuran Ma agak kuku jan
tataruang
--Pakai lah paham tulak raiah
-- Simpai nan taguah diganggaman -- Itu pitua bundokanduang Mangko sarawa kain hitam Paham hakikaik tahan tapo Manahan sudi jo
siasek
--Buruak baiak pandai mangganggam
-- Ba iman taguah didado
-- Curiang barih dapek diliek Mananti bandiang kok tibo Kumuah bapantang kalihatan
--Tando nyo kapa banankodo
-- Mangko nyo turun kalautan Walau sagadang bijo bayam Jadi pantangan salamonyo
--Saciok bak anak ayam
-- Tandonyo pangulu lah sakato Sisampiang :
Basisampiang sahinggo lutuik Kayo jo mikin alamaik nyo Patuik dalam
ndak buliah senteang
--Malu kok indak katatutuik
--Ka runtuah adaik jo pusako
--Lah ilang ereang jo gendeang Kok senteang ndak buliah dalam Mungkin jo patuik ka ukuran
Lakeknyo impik kakida
--Cadiak pandai kok ndak bapaham --Budi kok nyampang kalihatan
--Jadi sampik alam nan leba Satantang jo ampu kaki Tandonyo lurih batujuan Suduik seroang
manikam jajak
--Tando nyo kito lai babudi
--Kok tumbuah silang jo bantahan
--Pandai manimbang jo manggamak Langkah bak cando bapatingkek Alam satapak bakeh diam
--Kok bak kayu lungga pangabek
-- Kamanakan ka andam karam Alun bakilek alah takalam Bulan disangko tigo puluah
--Alun diliyek lah tapaham
--Lah tantu tampek bakeh tumbuah Cawek :
Caweknyo suto bajumbaian Jumbai nan tangah tigo tampok Kapalilik
anak kamanakan
--Walau bak mano pasakitan
--Nan buruak samo dipaelok
-- Taserak namuah mangampuangan Kapangabek sako jo sangsako Nak kokoh lua jo dalam Guyahnyo
bapantang tangga
--Paham guyah iman ndak ado
--Ibaraik bajalan di nan kalam
--Tando nyo budi lah tajua Kokohnyo murah diungkai Kabek sabaliak buhua sentak
--Jadi pangulu kok ndak pandai
-- Dalam aia jajak lah nampak Rapek nagari nak ma ungkai Tibo nan punyo tangga sajo Rasio buhua
dek pangulu
--Nan bak katidiang rarak bingkai
-- Tangga ciek larak sado nyo
--Pantangannyo bana dek pangulu Karih :
Tasisik karih di pinggang Sisik nyo tanaman tabu Latak nyo condoang
kakida
--Kalau lah tagak mangupalang
-- Runuik lah kato nan daulu
-- Muluik jo hati jan batuka Dikesoang mangko dicabuik Gambonyo tumpuan puntiang
Tunangan ulu kayu kamaik
--Jan takuik maelo suruik
-- Dalam bulek usah basandiang
-- Bogo kamati dalam niaik Kokohnyo indak dek ambalau Guyahnyo bapantang tangga
Tagoknyo murah dicabuik
--Kalau nan adaik minangkabau
--Asah bacupak di nan data
--Malu kasamo kito japuik Bengkok nan tangah tigo patah Luruihnyo manahan tiliak Bantuak
dimakan siku-siku
--Nyampang ratak mambao pacah
-- Batin tasimpan jan tabatiak
-- Runuik lah paham jo ilimu Raso nan dibawo naiak Pareso nan dibawo turun Alua patuik jalan
batampuah
--Batin tasimpan kok tabatiak
--Alua patuik sinan bahimpun
-- Pasak kungkuang paham nan taguah Bamato baliak batimba Sanyawa pulo jo gombanyo Tajam nan indak
mangalupang
--Kalau barasak dinan bana
--Suok kida badai manimpo
-- Tando nyo langkah nan lah sumbang Kok tajam indak maluko-i Jajak ditikam kanai juo
-- Nan salah samo di ubahi
-- Pulang nyo kabalabeh juo Alah bakarih samporono Pakirin rajo majopahik
--Tuah basabab bakarano
--Pandai batenggang di nan rumik Tarompa :
Takanak tarompa kulik kalaf Kapananai sangsako nak nyo tagok
Sako nak tatap jo enggeran
--Bogo manusia basipaik kilaf
-- Nan buruak samo dipaelok
-- Usah manguntiang dilipatan Kapanuruik labuah nan goloang Panampuah jalan nan pasa Sampai ka koto jo nagari
--Walau didunia toloang manoloang -- Usah barasak di nan bana
--Pado tacemo dinagari Panuruik anak kamanakan Mancaliak parik nan ta-ampa Adokoh rando
dapek malu
--Nyampang tatampuah di nan bukan
--Tando nyo budi lah tajua
-- Babaliak ka kato nan daulu Kok jauah kamancaliak-caliak Jikok ampiang manyilau-nyilau Jikok malam
danga-danga an
--Kok lai mancinto ka nan baiak
-- Indak baniaik nak mangacau
-- Samo mancari ridha tuhan Bajalan ba aleh tapak Malenggang babuah tangan Manuruik adaik jo
limbago
--Bogo kamalah ka di asak
--Kato bana jadi padoman
--Baitu adaik nan biaso
Tungkek :
Tungkeknyo dari kayu kamaik Ujuang tanduak kapalo perak
Kapanupang sako jo sangsako
-- Walau kamati dalam niaik
--Indak namuah bakisa tagak
--Itu pakaian salamonyo Kapanahan sako nak jan rabah Panueh sangsako nak jan lipua Sako
nak tatap jo enggeran
--Jiko tapijak di nan salah
--Tando nyo langkah lah talanjua
--Bak rumah gadang katirihan Ingek samantaro balun kanai Kulimek sabalun habih
--Walau tatungkuik tagulampai
--Nan miang samo kito kikih Malantai sabalun lapuak Maminteh sabalun hanyuik
--Kok nyampang bakisa duduak
-- Kato nan bana ka disabuik Gantang tatagak jo lanjuangnyo Sumpik tatagak jo isinyo Adaik tatagak jo limbago
--Kok nyampang paham basangketo
--Nak jan tumbuah cacek binaso
--Cari lah ujuang jo pangka nyo Adaik nan batalago buek Cupak nan tarang samato Taga dek sipaik nan
badiri
--Warih nan samo kito jawek
--Pusako samo ditarimo
--Baitu adaik nan usali Undang Duo Puluah :
Undang undang nan duo puluah Yaitu tabagi duo
--Mintak didanga sungguah sungguah
--Nak dapek paham ma’ananyo Duo baleh untuak panuduah Salapan untuak pancemo
--Hiduik didunia kok ndak sungguah
--Di akiraik antah bak mano Anggang lalu atah pun jatuah Pulang pagi babasah basah
--Pangulu kok lai satubuah
--Tantu rakyaik jadi sabingkah Bajalan bagageh gageh Bajua bamurah bamurah
--Tungganai nagari kok lai tangkeh --Gunuang nan tinggi jadi randah Talacuik tapakuak mati Talalah takaja pulo
--Nan mudo kok lai barani
--Mungkasuik sampai kasadonyo Putuih tali ditangah jalan Batimbang kato dek manjawok
--Alim ulama kok sapaham
--Apo dibuek jadi tagok Tacancang bariang lah luko Tabayang batubuah nampak
--Pangulu kok lai sakato
--Manuruik rakyaik nan banyak Kacondoangan mato rang banyak Tibo pikek langau tabao
--Parik paga kok lai bijak
--Nagari aman jo santoso Itulah undang duo baleh Nak samo kito mamahami
--Pakailah rundiang nan bakieh
--Kito tapuji dinagari Kok hanyo undang nan salapan Mari nak samo kito liek
--Nak jan tatampuah di nan bukan
--Salah tampuah buliah di ambek Dago dagi mambari malu Sumbang salah laku parangai
--Tapati kato nan daulu
--Mangkonyo kusuik kasalasai Maliang curi ka liang lantai Tikam bunuah padang badarah
--Walau tatungkuik tagulampai
--Usah bakisa di nan bana Sia baka sapotoang suluah Upeh racun tabang basayok
--Bogo hancua bogo kaluluah
--Nan buruak samo dipaelok Samun saka tagak dibateh Umbuak umbi budi marangkak
--Suok kida ombak ma ampeh --Usah bakisa tampek tagak Itulah undang nan salapan Nak samo kito mamahami
--Kunci lah biliak kaimanan
--Nak jan tacemo dinagari

FUNGSI DAN TUGAS DATUAK /PANGULU DI MINANG

PANGULU DI MINANGKABAU
Badiri Pangulu sapakaik warih, badiri adaik sapakaik nagari, badiri Rajo sapakaik alam.
Pangulu bak kayu gadang di tangah padang. Pucuaknyo cewang ka langik, ureknyo tampek baselo, batangnyo tampek basanda, dahannyo tampek bagantuang, daunnyo tampek balinduang. Tampek balinduang kapanehan, tampek bataduah kahujanan. Buahnyo kadimakan, aianyo kadiminum.
Tumbuahnyo dek ditanam, gadangnyo dek diambak, tingginyo dek dianjuang. Randah tak dapekdilangkahi, tinggi tak dapek dipanjek. Pandai maagak maagiahan, pandai baliku di nan tanang, pandai balinduang di nan paneh Dibaliak-baliak mangko dibalah
Nan banamo niniak mamak, Pangulu adaik dalam sukunyo. Urang nan arih bijaksano
Pai tampek batanyo, pulang tampek babarito. Pusekjalo pumpunan ikan, hukumnyo adia, katonyo bana. lupo maingekan, takalok manjagokan.
Kok mauji samo sirah, manimbang samo barek, maukua samo panjang, mambilai samo laweh, mambagi samo adia, baragiah samo banyak. Timbangan nan adia, bungka bagatok, taraju nan piawai. Kusuik ka manyalasai, karuah mampajaniah. Tibo di mato indak dipiciangan, tibo di paruik indak dikampihan, tibo di dado indak dibusuangan.
Muluik Pangulu naknyo masin, pandai bagaua jo urang banyak. Bapantang kusuik tak salasai, di tangah-tangah Pangulu tagak.
Pangulu jikoknyo pacah, kato jo laku indak sairiang, hilang picayo anak nagari, adaik nan indak baguno lai.
Pangulu nan di lakuak
Pangulu Ayam gadang
Pangulu Buluah bambu
Pangulu katuak-katuak
Pangulu tupai tuo
Pangulu pisak sarawa.
Pangulu nan di lakuak
Sapantun sipongang dalam ngalau, bak aru-aru di ngarai tabiang. Kalau dihariak inyo mahariak, kok disorak-i inyo basorak. Jikok diimbau suaronyo ado, dituruik indak basuo, kok diliek indak tampak. Tadanga co suaro urang, parangai suko baduto. hantak kareh luluih indak, baban di pangana surang.
Pangulu Ayam gadang
Baktek hilia ka mudiak.
Bakukuak tuah manang surang, mamuji-muji badan diri, walau hanyo mailia-an pangana urang, mambandakan banda urang. Pandai malampok jo galak manih, bak sipaik Ayam gadang, bakotek lai batalua indak. Bungkuih rancak, kabeknyo lungga.
Pangulu Buluah bambu
Batareh ka kulik lua, di dalamnyo tareh kosong. Tampak elok, lagak balabiahan. Bantuak tampan, utak kosong, bailemu sabuah tido.
Pangulu Katuak-katuak
Ibaraik tontong urang di ladang, diguguah juo mangko babuni. Sapantun jo paek, ditokok juo mangko babanam, disuruah juo mangko bakato. Kok barundiang indak tantu adok, umpamo samuik indak basuaro.
Pangulu Tupai tuo
Cadiaknyo indak mangasan, pandapeknyo basuruakan sajo. Sapantun jo tingkoroang talua, bakulik lai barisi indak. Bak parangai tupai tuo, indak talompek-i ujuang dahan. Tingga di bawah lapiak sajo. Alek jamu indak bajalang, alua nan indak baturuik lai. Jalan tabantang indak batampuah, manaruah ragu sarato maleh.
Pangulu Pisak sarawa
Itulah Pangulu nan jahanam. Hino banso randah darajaik. Hati busuak pahamnyo buruak. Budi anyia, pahamnyo ariang. Akanyo malilik sajo. panjang aka pangana ciluah. Muluik manih bak tangguli. Sapantun makan jo pisang masak, elok tipu manih umbuaknyo.
Tukang piuah tukang pilin. Pilin kacang nak mamanjek, pilin jariang nak barisi, kicuah kicang dalam nagari. Panipu urang dalam kampuang, manjua anak kamanakan
Pangulu, pangalah, pangulun, pangaliah.
Pangulu aratinyo nan mamaliharo sagalo kaumnyo, bagai nabi kasiah pado umaiknyo.
Pangalah, kato bana disalahannyo juo.
Pangulun, suko maikua sajo.
Pangaliah, indak bapandirian, indak dapek dipicayo.

Thursday, July 14, 2011

SEJARAH MINANG

Berbagi Nagari Tuo Pariangan - Printable Version
+- Minang Forum ( http://www.minangforum.com )
+-- Forum: MinangKabau ( /Forum-MinangKabau )
+--- Forum: Sejarah Minangkabau ( /Forum-Sejarah-Minangkabau )
+--- Thread: Berbagi Nagari Tuo Pariangan ( /Thread-Nagari-Tuo-Pariangan )
Nagari Tuo Pariangan
Nagari Pariangan terletak di tengah lereng perbukitan Gunung Merapi dengan luas wilayah sekitar 17,97 km2 dan berada pada ketinggian 500—700 meter di atas permukaan laut (dpl). Nagari tersebut menjadi cikal bakal lahirnya sistem pemerintahan khas masyarakat Minangkabau, yang populer dengan nama nagari. Menurut sejumlah pengamat, sistem pemerintahan nagari mirip dengan konsep polis pada masyarakat Yunani kuno yang lebih otonom dan egaliter. Namun, sistem pemerintahan nagari hanya bertahan sampai tahun 1980. Karena, pada tahun 1981, terbitlah undang-undang tentang perubahan sistem pemerintahan ditingkat bawah. Sistem pemerintahan nagari kemudian diganti dengan sistem pemerintah desa sebagaimana yang berkembang pada masyarakat Jawa. Seperti nagari-nagari lainnya di Sumatra Barat, Nagari Pariangan pun beralih menjadi Desa Pariangan. Perubahan ini berdampak negatif pada masyarakat Sumatra Barat, seperti hilangnya kemandirian dan mengikisnya semangat egalitarianisme yang telah lama dipraktekkan.
Pada tahun 1999, bertepatan dengan keluarnya keputusan pemerintah melalui UU Otomi Daerah yang memberi peluang bagi daerah untuk mengembangkan diri secara mandiri, masyarakat Sumatra Barat pun tidak melewatkan kesempatan emas tersebut. Undang-undang tersebut dijadikan momentum untuk menerapkan kembali sistem pemerintahan nagari. Awal tahun 1999 hingga tahun 2000 adalah masa-masa pewacanaan kembalisistem pemerintahan nagari (baliak ka nagari), terutama di luhak nan tigo, yaitu Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Agam, dan Kabupaten Lima Puluh Kota. Sistem pemerintahan desa pun berganti dengan sistem pemerintahan nagari. Pariangan sebagai daerah asal Minangkabau pun berganti nama dari Desa Pariangan menjadi Nagari Pariangan.
Tak hanya dikenal sebagai asal-muasal nagari, Nagari Tuo Pariangan juga dikenal sebagai asal-mula masyarakat Minangkabau. Dalam catatan sejarah yang terekam dalam tambo Minang menunjukkan bahwa Nagari Pariangan adalah nagari asal suku Minangkabau yang oleh masyarakat setempat disebut sebagai "Tampuk Tangkai Alam Minangkabau". Artinya, nagari ini dipercaya sebagai tempat pertama munculnya kehidupan di Alam Minangkabau ratusan tahun silam. Dalam tambo diceritakan, bahwa masyarakat Minangkabau merupakan keturunan Alexander Agung. Konon, beliau memiliki tiga orang putra, yaitu Sultan Maharaja Dipang (Sutan Maharajo Dipang), Sultan Maharaja Alif (Sutan Maharjo Alif), dan Sultan Maharaja Diraja (Sutan Maharajo Dirajo). Ketiganya merasa mempunyai hak yang sama untuk mewarisi jabatan ayahnya sebagai raja. Oleh sebab itu, ketiganya juga sama-sama berambisi untuk menggantikan posisi ayahnya tersebut.
Pada suatu ketika, ketiga putra raja tersebut sedang berada di atas sebuah kapal di tengah laut. Di atas kapal yang sedang berlayar itu, mereka bertengkar hebat dan mengklaim diri mereka masing-masing sebagai orang yang paling pantas menggantikan ayahnya sebagai raja. Puncak dari pertengkaran tersebut adalah perebutan mahkota raja yang terdapat di dalam kapal. Ketika sibuk bertengkar dan memperebutkan mahkota raja, tanpa mereka sadari, mahkota tersebut terlepas dan kemudian jatuh ke laut lepas. Ketika menyadari apa yang mereka perebutkan hilang, ketiganya berusaha mencari mahkota tersebut. Namun, apa yang mereka upayakan berakhir sia-sia belaka.
Setelah tidak berhasil menemukan mahkota raja, mereka kemudian melanjutkan pelayaran dengan tujuan yang berbeda-beda. Sultan Maharaja Dipang memilih berangkat ke arah Dataran Cina, Sultan Maharaja Alif memilih rute pelayaran ke Negeri Rum, dan Sutan Maharaja Diraja memilih rute pelayaran yang lain, sembari berharap menemukan mahkota yang hilang. Akhirnya, Sultan Maharaja Diraja terdampar di sebuah puncak gunung, yang belakangan dikenal dengan nama Gunung Merapi. Daerah yang terletak di sekeliling Gunung Merapi inilah yang kemudian disebut sebagai Alam Minangkabau.
Untuk menggambarkan asal-usul nenek moyang masyarakat Minang tersebut, terdapat sebuah pantun yang sangat familiar di kalangan masyarakatMinang:
Darimano asa titiak palito,
Di baliak telong nan batali
Darimano asa niniak moyang kito,
Dari lereang Gunuang Marapi
(Dari mana asal titik pelita
Dari balik telong yang bertali
Dari mana asal nenek moyang kita
Dari lereng Gunung Merapi)
Oleh karena memiliki kekayaan sejarah dan budaya ini, Nagari Pariangan menjadi salah satu destinasi wisata di Kabupaten Tanah Datar. Sebagai nagari tua yang terdapat di Sumatra Barat, Nagari Pariangan menawarkan daya tarik objek wisata sejarah, budaya,dan alam.
Memasuki kawasan Nagari Pariangan, para wisatawan akan diajak bernostalgia untuk mengenang kembali sejarah berabad-abad lampau melalui beberapa peninggalan bersejarah. Para wisatawan akan disambut dengan bangunan-bangunan lama yang memiliki nilai sejarah, kuburan tua, peninggalan batu dari zaman megalitikum, dan panorama alam yang memukau. Di Nagari Pariangan, terdapat berbagai tempat dan bangunan bersejarah peninggalan nenek moyang masyarakat Minangkabau yang menarik untuk dikunjungi, seperti Balairung Sari Tabek (Rumah Gadang tertua di Minangkabau), Rumah Gadang Dt. Bandaro I, Rumah Gadang Dt. Rangkayo Sati, Masjid Tuo (tua) Pariangan, serta Monumen Api Porda.
Balairung Sari Tabek pada zaman dahulu sering dipergunakan untuk tempat bermusyawarah para pembesar dan penghulu kerajaan. Di samping itu, balairung ini sering juga dipergunakan untuk tempatmenyelesaikan berbagai perkara yang terjadi di kalangan masyarakat di Nagari Pariangan. Sekarang ini, di samping dijadikan maskot wisata sejarah Nagari Pariangan, Balairung Sari juga dijadikan maskot wisata sejarah Kabupaten Tanah Datar. Bangunan bersejarah lainnya yang telah berusia ratusan tahun adalah Masjid Tua Pariangan, yang lebih dikenal dengan nama Masjid Ishlah. Masjid yangdibangun dengan gaya arsitektur Dongson ala dataran tinggi Tibet ini hingga kini tetap berdiri kokoh dan memesona. Selain itu, bangunan masjid ini menggambarkan betapa majunya peradaban Minangkabau tempo dulu.
Selain bangunan bersejarah, di daerah ini juga terdapat beberapa kuburan kuno, di antaranya adalah kuburan panjang Datuk Tantejo Gurhano dan kuburan Puti Indo Jalito (Puteri Indera Jelita). Puti Indo Jalito dikenal sebagai bundo (bunda) dari asal pucuk pimpinan adat masyarakat Minangkabau, yaitu Datuk Parpatiah Nan Sabatang dan Datuk Katumanggungan yang dikenal sebagai arsitek rumah gadang. Mengenai kuburan Datuk Tantejo Gurhano, menurut juru pelihara makam, Datuk Sampurno Marajo, tidak ada orang yang sama mengukur panjang makam yang membujur dari arah utara ke selatan. Ada yang mengatakan panjangnya 24 meter, ada juga yang mengatakan 29meter.
Di nagari ini terdapat pula beberapa prasasti kuno peninggalan raja-raja pada masa Kerajaan Minangkabau yang berpusat di Pagaruyung. Ada beberapa prasasti yang masih utuh yang dapat dijumpai di nagari tersebut, seperti Prasasti Pariangan, Batu Tigo Luak, dan Menhir. Prasasti-prasasti tersebut sudah berumur cukup lama bahkan menjadi saksi bisu perjalanan sejarah masyarakat Pariangan dari zaman megalitikum hingga zaman modern sekarang ini. Batu dan prasasti tersebut masih tetap utuh di tempatnya semula. Hanya saja, akibat perubahan cuaca dan kurangnya perawatan, permukaan batu dan prasastimulai memudar, warnanya berubah, dan tertutup lumut.
Nagari Pariangan bertambah lengkap dengan terdapatnya tempat-tempat khusus untuk wisatawan agar lebih leluasa lagi menikmati panorama alam nagari tua ini, seperti Bukit Sirangkiang dan Pintu Angin. Dari kedua bukit tersebut, para wistawan dapat menyaksikan hamparan petak-petak sawah yang memesona dan pemandangan alam yang terdapat di sepanjang kaki Gunung Merapi.
Setelah puas menikmati keeksotisan dan keindahan nagari bersejarah bagi masyarakat Minang ini, wisatawan dapat melepas lelah dengan mandi di objek wisata air hangat yang letaknya dekat dengan kedua bukit tersebut. Masyarakat setempat mempercayai bahwa air hangat tersebut dapat menghilangkan berbagai penyakit kulit, seperti gatal-gatal, kurap, dan kudis, serta dapat menghilangkan kecapekan.
Nagari Pariangan terletak di Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatra Barat, Indonesia.
Nagari Pariangan berada di tepi jalan yang menghubungkan Kota Batusangkar dan Kota Padang Panjang. Nagari tua ini hanya berjarak sekitar100 m dari jalan raya yang menghubungkan kedua kota tersebut. Dari Kota Padang, Nagari Pariangan dapat dikunjungi dengan menggunakan bus, jasa travel, atau mobil sewaan dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Bila menggunakan bus, ongkosnya sekitar Rp 20.000—Rp 25.000 per orang (Januari 2009). Sedangkan dari Kota Batusangkar, Ibu Kota Kabupaten Tanah Datar, Nagari Pariangan dapat dicapai dengan naik bus, minibus, atau ojek dengan waktu tempuh sekitar 20 menit.

Monday, July 11, 2011

NAMA PASUKUAAN DAN NAMA DATUAK DI NAGARI SIANOK ANAM SUKU

NAMA SUKU DAN DATUAK
A.SUKU TANJUANG
1.DATUAK MAHARAJO ALIF
2.DATUAK SINARO
3.DATUAK RAJO ENDAH
4.DATUAK BUNGSU
B.SUKU SINGKUAN
1. DATUAK MARAJO MAHARAJO DIDEPANG
2.DATUAKMARAJO MAHARAJO NAN TUO
3.DATUAK PARPATIAH
4.INDO KAYO
5.DATUAK PANDUKO RAJO
6.DATUAK PARPATIAH NAN TUO
C.SUKU SIKUMBANG
1.DATUAK MANGKUDUN
2.DATUAK PALINDIH
3.DATUAK RAJO PANGULU
4.DATUAK RAJO PANGULU NAN TINGGI
5.DATUAK BAGINDO
6.DATUAK BANDARO MUDO
D.SUKU CHANIAGO
1.DATUAK BANDARO
2.DATUAK PANGULU BASA
3.DATUAK PANGULU BASA NAN TINGGI
4.DATUAK PANGULU BASA NAN TUO
5.DATUAK PANGULU BASA NAN KUNIANG
E.SUKU GUCI
1.DATUAK RAJO API
2.DATUAK BANDARO PUTIAH
3.DATUAK BANDARO SATI
4.DATUAK SINARO SATI
F.SUKU JAMBAK
1.DATUAK MANGKUTO BASA
2.DATUAK KABASARAN
3.DATUAK KABASARAN NAN KUNIANG
4.DATUAK BARENO

Sunday, July 10, 2011

BATAGAK PANGULU/DATUAK DI NAGARI SIANOK ANAM SUKU

Pelantikan bapak JON EFRI CHAIRUDIN sebagai pangulu/datuak BAGIND0 dari pasukuan SIKUMBANG

Acara pelantikan Bpk JON AFRI CHAIRUDIN sebagai pangulu/datuak bagindo dari pasukuan sikumbang dikanagarian sianok 6 suku kecamatan 4 koto oleh ketua kan nagari sianok digaduang bicaro pada hari minggu 10 juli 2011